dari Prisca Delima
Oleh: Esther Ueberall
DESEMBER 1902
Hari ini hari Jumat, hari pertama kami membuka usaha kami.
Dengan berseri-seri, saya (17 tahun, pengantin baru) berdiri di sebelah suami saya Solomon, di dalam toko kami yang bernama UEBERALL 3 – 9 – 19 Sen. Terletak di Brooklyn, Amerika Serikat, toko ini menjual barang-barang dengan harga pas, senilai 3, 9 atau 19 sen.
Tamu pertama kami melangkah masuk. Beliau seorang Pastor Katolik muda usia, dari sebuah Gereja (Katolik) kecil, namanya Pastor Caruana. Beliau berbelanja sedikit, dan mukanya gelap, semuram warna jubahnya. “Mengapa sedih Bapa?” suami saya bertanya Pastor Katolik biasa disapa dengan sebutan Father/Bapa – Solomon tergolong orang yang sangat mudah “jatuh hati”.
Pastor tersebut berbicara pelan, seolah menerawang menjawab, “Gereja kami harus ditutup….” “Mengapa?” bagi suami saya, agama adalah penyembahan dari menit ke menit. Kami menjalankan semua ritual agama kami, Keluarga Ueberall, sebagaimana sebagian besar orang-orang Yahudi, beragama Yahudi.
Mereka menyembah Allah Yehovah yaitu Allah Abraham, Ishak & Yakub, dan mematuhi hukum Taurat Musa. Mereka bukan beragama Kristen Katolik. Bukan demi ritus itu semata mata, namun kepatuhan kami kepada Allah.