Kasihan sekali Putu … Putu adalah sebagian dari anak kita, teman kita, atau mungkin juga saudara kita yang sekarang sudah menjadi “terkenal” lewat penampilannya di dunia maya. Tetapi ya itu .. penampilan seperti pada judul di atas.
Sudah berapa banyak-kah saudara-saudara kita yang bernasib seperti Putu ? Karena alasan itukah sehingga ada “seseorang” atau “sekelompok orang” yang mengatas namakan “seni”, yang mengedepankan “kebebasan”, kemudian membawa Playboy ke bumi pertiwi ? Sudah berhitungkah mereka untung rugi dari sisi finansial bila dibandingkan dengan kerugian moral spiritual ?
Memang, sekarang sudah banyak tabloid-tabloid yang secara tersirat maupun terang-terangan menampilkan gaya-gaya seronok syahwat. Tetapi dengan pe-legal-an majalah porno tersebut akan semakin menambah deretan segelintir putra bangsa yang berupaya meraup untung pada bisnis ini dengan tentu saja mempertaruhkan “moral bangsa”.
Pertanyaan-pertanyaan diatas tidak perlu dijawab dengan berbagai “alasan ilmiah dan demokratis” setebal ribuan halaman. Cukup, berpulanglah kembali kepada hati nurani.
October 3, 2007 at 12:53 am |
aduh kacian 😦
November 18, 2007 at 10:19 am |
kaciannnn…….. tapi asik ko”’ cman jangan hidup di indonesia lagi ntarr kena RUU pornografi… hee… hee…
November 20, 2007 at 9:35 pm |
lha mas gambar nginggil menika termasuk seni napa mboten kinten2. miuturut kula menika seni ingkang ngemu syahwat, sebab kula nggih kraos “ngacung” ing lebetipun suwal je. bajindhul ik, hwarakadah!!! saru….nuwun lhe mas, sepuntene..
November 21, 2007 at 12:00 am |
Lha menawi kraos ngacung, berarti nggih normal kemawon to … Namung sakmeniko cekap ngacung tanganipun kemawon nggih ….
November 21, 2007 at 3:43 pm |
weleh weleh